TABLOID NO.8/ TAHUN XXV/ EDISI JUNI 2012
EDITORIAL
Nelangsa
Tahun ajaran baru sudah di depan mata, pelbagai kebijakan baru pun perlahan namun pasti diterapkan oleh pihak kampus dan jajarannya. Dimulai dari pembangunan, rencana parkir dan sidang munqosah yang berbayar, hingga kenaikan biaya msuk kuliah bagi mahasiswa tahun ajaran baru. Di tahun akademik 2012/ 2013 ini, bahkan terjadi kenaikan biaya masuk mahasiswa baru sekitar 92%. Dari besarnya presentase tersebut, pihak kampus pun menebar janji akan menyeiramakannya dengan peningkatan fasilitas dan kualitas kampus yang lebih baik.
Namun rasanya, patut dikoreksi kembali, apakah standar kemajuan fasilitas dan kualitas hanya bisa disandarkan kepada “angka-angka”? Tentu saja tidak. Kebijakan manapun harus melalui berbagai pertimbangan, bagitu pula dengan “angka”, namun pertimbgangan-pertimbangan tersebut bisa saja hanya sampai di kertas. Atau justru di mulut. “Angka” tak selalu menjadi penunjang perbaikan tanpa menyoal bagaimana penanggung jawab bertindak di garis moral yang benar. Yang nyata, kebijakan yang ada justru kerapkali bergeser makna hanya sebagai alasan-alasan klise para pembuat kebijakan.
Sungguh, nelangsa! Menunggu dan menunggu nyatanya menjadi sebuat habit bagi mahasiswa UIN Bandung saat ini. Dimulai dari janji-janji realisasi pembangunan yang masih menggantung, lalu kini dengan kenailan biaya perkuliahan yang dijadikan “alasan” demi terciptanya kualitas kampus yang sekian lama didambakan. Jenuh memang bila hanya terus menjadi waiting list untuk mendapatkan kelayakan dan kesejahteraan kampus kita tercinta ini. Namun sabar memang tiada vervatas, maka kita pun tidak bisa selalu merengek meminta ini itu dengan hanya sekedar berteriak dan menuntut sesuatu yang pada kenyataannya hanya kita usahakan lewat mulut.
Iya, otak dan tubuh kita selayaknya ikut berpartisipasi dalam mewujudkan kesejahteraan tersebut agar setiap tujuan bersama mengenai perubahan yang diinginkan tidak meluruh begitu saja terkibas angin keegoisan. Peran kita sebagai mahasiswa, tidak hanya sekedar agen perubahan akan tetapi agen penyeimbang. Kita patut menyeimbangkan segala bentuk ketidakadilan yang menyangkut xx1toto kemajuan Kampus Hijau. Namun segalanya, tentu bertolak dari rasa ingin untuk mengubah dan mencoba bersikap jujur di situasi manapun. Siapapun itu.