Infografik

Sepak Bola Sebagai Penghubung Diplomatik Indonesia-Yugoslavia

Desain : SUAKA / Ricky Priangga S.

Desain : SUAKA / Ricky Priangga S.

SUAKAONLINE.COM, Infografis — Sepak bola, pada masa lalu tak hanya dipandang sebagai sebuah permainan semata. Keberadaannya justru menjadi bagian dari instrumen di suatu negara untuk melakukan kegiataan politik, diantaranya sebagai penghubung diplomatik antara Indonesia dan Yugoslavia (sekarang sudah terpecah menjadi beberapa negara).

Terjalinnya hubungan ini dilatarbelakangi hanya karena pertandingan sepak bola. Ketua Persatuan Sepak bola Seluruh Indonesia (PSSI) saat itu, Maladi, melihat pertandingan sepak bola timnas Yugoslavia di Olimpiade Helsinki yang diadakan di Finlandia pada Tahun 1952.

Ketua PSSI ketiga ini sangat terkesan melihat permainan mereka. Ia berkata bahwa permainan Plavi (julukan timnas Yugoslavia) penuh disiplin, mengandalkan kerja sama tim yang solid dan sangat gigih dalam bermain. Maladi merasa bahwa gaya bermain itu sangat mencerminkan watak bangsa Indonesia yang mulai mengisi kemerdekaan setelah revolusi yang berdarah-darah.

Setahun setelah Olimpiade, Maladi pun meminta pelatih timnas Yugoslavia, Tony Pogacknik untuk melatih timnas Indonesia. Namun dia tak lantas merespons permintaan tersebut, karena saat itu belum ada hubungan diplomatik antara Indonesia dan Yugoslavia.

Mendengar itu, Presiden Soekarno mengundang tim nasional Yugoslavia yang kemudian mensahkan hubungan diplomatik antara Indonesia dan Yugoslavia. Di sinilah dimulai diplomasi kenegaraan yang sepenuhnya dipicu dan diinisiasi oleh sepak bola. Undangan itu dipenuhi meski hanya mengirim Tim B (bukan tim utama). Selama tur, negara yang menjadi semifinalis di Piala Dunia pertama ini bertanding di Bandung, Semarang, Surabaya dan Jakarta (melawan persija dan timnas).

Setelah  terjalin hubungan diplomatis, barulah pelatih bernama lengkap Antun Tony Pogacknik resmi melatih timnas Indonesia selama 9 tahun (1954-1963). Ia pun menjadi pelatih terlama timnas Indonesia.

Di bawah asuhan Pogacknik dan pengaruh diplomasi di atas, timnas Indonesia amat sering melakukan tur ke Eropa Timur untuk melakukan laga uji coba. Selain berhadapan dengan timnas Negara Eropa, seperti –tentu saja- Yugoslavia, Jerman Barat dan Cekoslovakia, Indonesia juga berhadapan dengan klub setempat seperti Locomotiv Moskow atau Dynamo Tsibili.

Dalam kurun waktu yang dekat pula, pada Tahun 1955, Indonesia menggelar Konferensi Asia Afrika (KAA). Sukarno dan Presiden Yugoslavia saat itu, Josep Broz Tito menjadi inisiator dalam konferensi tersebut.

Enam tahun kemudian, giliran Presiden Soekarno yang dijamu oleh Tito dalam konferensi Gerakanan non Blok (GNB) yang diadakan di ibu kota Yugoslavia, Boegrad.

Kiblat sepak bola Indonesia pun mengarah ke Eropa Timur, hampir sama dengan haluan politik Indonesia saat di komandoi Soekarno.

Peneliti : Nizar Al Fadillah

Komentar Anda

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Ke Atas