Kampusiana

Arogansi Pejabat Publik dalam Studi Panggung Teater Awal

Pemeran Kemala membocorkan rahasia gelap Bupati Dirda Kesuma pada pementasan studi panggung XXXVI Teater Awal Bandung yang bertajuk “Seseorang Yang Mati Sehari Menjelang Pilkada” di Aula Abdjan Soelaeman, Kampus 1 UIN SGD Bandung, Jumat (24/5/2024). (Foto: Pitri Diana Lestari/Suaka).

SUAKAONLINE.COM – Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Teater Awal Bandung menggelar pementasan studi panggung ke-36 dengan tajuk “Seseorang yang Mati Sehari Menjelang Pilkada” di Aula Abdjan Soelaeman, Kampus 1 UIN SGD Bandung, Jumat (24/5/2024). Pementasan tersebut dilakoni oleh 14 aktor yang merupakan anggota Teater Awal Bandung angkatan 36.

Pementasan ini mengisahkan seorang wanita bernama Kemala yang telah lama menjadi wanita simpanan dari seorang bupati bernama Dirda Kesuma. Sudah empat tahun sang bupati menjanjikan akan menikahi Kemala sebagai istri kedua, tapi janji itu tidak pernah dipenuhi. Kekecewaan dan dendam di dada Kemala tidak bisa lagi dibendung, hingga akhirnya dia bertekad untuk membalas dendam kepada sang bupati.

Di awal pementasan diperlihatkan kehidupan Kampung Tegalan, di mana Kemala tinggal dan semua kisah terjadi. Seperti biasa, warga kampung berkumpul di warung kopi dan ibu-ibu sibuk mengobrol. Tegalan mewakili kampung-kampung Indonesia yang hidup dengan damai. Namun, kedamaian itu terusik oleh kabar penggusuran yang santer terdengar kembali menjelang Pemilu bupati.

Kisah ini ditutup dengan adegan kelam pembunuhan Kemala di rumahnya sehari sebelum pilkada berlangsung. Warga kampung menebak-nebak bahwa pembunuhan itu memiliki kaitan dengan aksi Kemala mengungkap semua keburukan sang bupati yang ingin mencalonkan diri untuk kedua kalinya. Maka tidak diragukan lagi bahwa Kemala dibunuh oleh orang suruhan Dirda Kesuma.

Sutradara pementasan studi panggung 36, Zein Lobo mengatidakan kisah tersebut berusaha mengangkat realitas sosial, ekonomi, dan politik di masyarakat. Kenyataan di mana masyarakat dengan mudah termakan janji manis dan serangan fajar yang datang dari para calon pejabat jelang Pemilu.

“Realitas sekarang warga itu mempunyai sifat yang labil, jadi tidak tahu harus memilih apa, yang penting ada uang di tangan saat itu sudah pasti orang itu saya pilih,” katanya ketika diwawancarai Suaka usai pementasan, Jumat (24/5/2024).

Zein Lobo juga ingin menyampaikan bahwa jangan pernah menilai seseorang hanya dari luarnya saja. Karena baginya, sosok Kemala memiliki keberanian untuk mengungkapkan kebusukan dari para pejabat yang tidak semua masyarakat ketahui. Baginya, keberanian itu jarang dimiliki oleh orang lain bahkan pejabat publik sekali pun.

Di sisi lain, salah satu penonton, Rizki Raya mengungkapkan antusias dalam pameran yang menurutnya disampaikan dengan apik dan menyenangkan. “Seru, ada kisah-kisah tersiratnya. Gak semua mahasiswa tahu mengenai politik, gelapnya politik. Mungkin sedikitnya tadi udah dilihatin dengan cara yang menyenangkan,” ujarnya.

Reporter: Faiz Al Haq/Suaka         

Redaktur: Nia Nur Fadillah/Suaka

Komentar Anda

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Ke Atas