Puisi

Balada Samudra

Ilustrasi: Hamzah Ansrulloh/Suaka

Oleh: Faiq Rusydi*

Momentum indah balada samudra

Saat di senja hari

Waktu ombak-ombak mendebur karang,

Mendebar hati-hati burung camar

Tepatnya, di sebelah kanan ufuk cakrawala pelabuhan,

Yang sejak hilangnya kini sepi menjelma tuan.

Kala itu

Pasir-pasir cemburu dihanyut tidakkan lautan karena

Bukanya kenapa; di ke dalaman sunyi

mereka menemukan cinta dan cahaya

Bilapun di tepi;

mereka berkeluh melihat cahaya yang membutakan mata

Memang

Bukan salah kaprah Bima bersikeras masuk samudra

Meski Hanuman mencegah

Bukan salah ketulusan bila ikan-ikan laut

Menghalalkan dirinya untuk dimangsa

Oh… Perihal kisah, ini bukan sekadar pepatah

Ada gelap ada terang

Mereka beriring, menentang arus deras ombak Gibraltar,

menyelam dalam-dalam palung lautan,

terbang tinggi menembus tujuh ratus tirai singkapan.

Andaikanlah, anak-anak muda dan dewasa

Yang menyalakan api di tepi pantai itu merenungi

Adanya samudra juga segalanya

Oh… Alangkah indahnya skenario agung kerinduan semesta.

*Penulis merupakan mahasiswa jurusan Sejarah Peradaban Islam semester dua dan anggota magang LPM Suaka 2020

Komentar Anda

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Ke Atas