Hukum dan Kriminal

Bintang di Anyer: Bermain Dalam Serpihan

Pengunjung mengamati karya seni dalam acara bertajuk “Bintang di Anyer: Bermain Dalam Serpihan” di reruntuhan rumah Anyer Dalam, Kota Bandung, Sabtu (29/1/2022). (Nurainun/Suaka)

SUAKAONLINE.COM – Komunitas Rumah Bintang (Rubin) menggelar acara bertajuk “Bintang di Anyer: Bermain Dalam Serpihan” di reruntuhan rumah Anyer Dalam, Kota Bandung, Sabtu (29/1/2022). Acara yang di gelar selama tiga hari tersebut diisi oleh pameran, pentas seni, mural, nonton bareng, lapakan, sablon donasi, dan pertunjukan nyanyian anak Anyer, Alwi, Morning Person, Samanesna, Dimas Wijaksana dan dongeng Ratimaya.

Relawan Rumah Bintang, Dani mengatakan acara ini adalah respon dari Komunitas Rubin akan kegiatan anak-anak dalam membuat karya pasca penggusuran. Adapun karya yang dipamerkan di acara ini ialah; kolase, pop art, tye dye, dan karya tangan tanah liat.

“Untuk persiapannya kurang lebih satu bulan ke belakang kita sudah mulai membicarakan konsep. Terus kita berbicara tentang keperluan kita ngumpulin karya, kita framing ulang, bikin media displaynya juga, sambil ngehubungin temen-temen. Alhamdulillah sih banyak suport, seperti lighting, terus untuk keperluan-keperluan pameran banyak teman-teman yang support,” tuturnya, saat diwawancarai Suaka, Sabtu (29/1/2022).

Dani menyebutkan, tujuan dari acara ini ialah memberi ruang anak-anak Anyer Dalam supaya tetap bermain dan berkarya. Karena dengan penggusuran ini anak-anak menjadi kehilangan ruang dan tempat untuk bermain. Rubin mencoba menemani anak-anak Anyer Dalam untuk bermain dan berkarya seraya melawan karena haknya yang dirampas.

“Acara ini sebenernya selain dari goals pertemuan ke belakang, juga ini sangat memungkinkan untuk kita lebih merespon lagi. Ketika kita berbicara pameran, ada karya seni, ada dongeng, ada lapakan, nah kita coba untuk nantinya melihat respon dari anak-anak,” lanjutnya.

Selain itu, acara ini juga turut dimeriahkan oleh Ratimaya, yang menampilkan tetrikal dongeng bertajuk “Suntik Pijak”. Sebuah pesan satire tentang penggusuran dan penghilangan paksa ruang hidup sebuah keluarga dan lingkungan. Ratimaya pun mengajak anak-anak dalam pentasnya, dengan memamerkan sekumpulan semut, lebah, dan burung.

“Pesannya sih lebih bekerja sama sesama keluarga, teman, tetep memberikan semangat, terus memberikan hidup supaya mereka bertahan hidupnya, ngga sendiri gitu bersama-sama,” ujarnya setelah selesai pentas.

Ia pun berharap dengan adanya pentas seni dongeng dapat dibudayakan kemabali oleh anak-anak yang menonton. Menurutnya dongeng adalah budaya turun temurun yang sudah dilakukan oleh nene moyang. Maka dari itu sebagai generasi penerus, dongeng dapat menjadi budaya yang harus terus dilestarikan.

Reporter         : Yopi Muharam

Redaktur        : Fuad Mutashim

Komentar Anda

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Ke Atas