SUAKAONLINE.COM, Bandung – Bertepatan dengan hari jadi Kecamatan Ujungberung ke-201, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Bandung, bekerjasama dengan Badan Koordinasi Pemberdayaan Masyarakat Kota (BKPMK), menggelar Festival Seni ke-12 Alun-alun Ujungberung, Kota Bandung, Rabu (10/8/2016).
Menurut kepala BKPMK, Wawan Gunawan, festival tersebut bertujuan untuk mengawal Ujungberung sebagai kawasan pengagas keragaman seni dan budaya. Dengan melibatkan masyarakat, rasa memiliki untuk melestarikan keaarifan lokal akan lebih meningkat, karena sesuai dengan Perda nomor 5 tahun 2012 tentang pelestarian seni tradisional.
“Semua tidak akan berhenti, akan menjadi kegiatan tahunan yang dijadikan kebutuhan, tidak hanya pariwisata tetapi berkembang dan setiap masyarakat terlibat,” kata Wawan.
Ia menambahkan, jika Ujungberung mempunyai kawasan wisata seni budaya yang baik, akan menjadi nilai tambah untuk menciptakan lapangan pekerjaan melalui usaha ekonomi kreatif dalam bidang seni dan usaha.
Dengan adanya kawasan seni, Wawan berharap tidak ada hotel di Ujungberung karena menurutnya yang berkunjung bisa menginap atau sekadar berkunjung ke rumah-rumah penduduk. Sejalan dengan itu, masyarakat sekitar ikut menopang pusat kawasan tersebut.
“Kawasan seni ini adalah program terus menerus bukan hanya di hari jadi ke-201 Ujungberung saja, tetapi saat ke-202, kami akan mengundang tidak hanya warga Bandung, tapi luar Bandung, internasional pun kenapa tidak. Seiring kualitas pertunjukan, pelayanan yang harus prima kepada mereka yang berkunjung supaya tidak merasa kecewa,” tuturnya.
Sebelumnya kawasan seni tersebut merupakan kebijakan Walikota Bandung sebelumnya, Dada Rosada, yang memberikan fasilitas di daerah Pasangrahan tepatnya Blok Mandala, dan dilanjutkan kepemimpinan oleh Ridwan Kamil pada tahun 2013 lalu. Wawan pun berharap, bertepatan dengan hari jadi Ujungberung, kawasan seni bisa terwujud di 2017 mendatang.
Selaras dengan Wawan, Camat Ujungberung, Taufik, mengatakan bahwa lokasi Pasangrahan telah disiapkan untuk dijadikan kawasan seni. Disana, nantinya akan dipromosikan alat dan seni tradisional seperti halnya angklung dan seni benjang reak.
“Setelah festival ini, kita akan ada syukuran lembur sebagai agenda rutin setiap tahun, meskipun kawasan seni itu masih dalam masa pembangunan sekitar 20%, semoga bisa secepatnya,” kata Taufik.
Karena keadaan kawasan seni yang masih bertahap, dan Ujungberung adalah pusat seni budaya, maka harus tetap melestarikan dan menjaga seni budaya tradisional. Menurut Taufik, Peran serta masyarakat sangat dibutuhkan dalam mendukung Bandung juara, khususnya Ujungberung dengan ikut berpartisipasi dalam festival seni.
Festival seni yang digelar pada 10-11 Agustus ini menampilkan helaran jampana, benjang reak, buncis, sisingaan, depok, badawang calung, reog, pencak silat, karinding, kuda renggong, dan lain sebagainya. Yang diikuti oleh SD, SMP, SMA, dan masyarakat sekitar.
Reporter : Ima Khotimah
Redaktur : Edi Prasetyo