Hukum dan Kriminal

HMJ Hukum Tata Negara Gelar Refleksi September Hitam

Mahasiswa HMJ Jurusan Hukum Tata Negara UIN SGD Bandung melakukan orasi sekaligus memajang tulisan yang mengingatkan tentang tragedi pelanggaran HAM di depan Fakultas Syariah dan Hukum UIN SGD Bandung, Rabu (7/9/2022). (Foto : Dheny Puspitasari/Suaka).

SUAKAONLINE.COM- Himpunan Mahasiswa Jurusan Hukum Tata Negara (HTN) menggelar aksi refleksi peringatan September Hitam, di depan Gedung Fakultas Syariah dan Hukum (Syarkum) UIN SGD Bandung, pada Rabu (7/9/2022). Refleksi ini diadakan untuk menyadarkan mahasiswa UIN Bandung mengenai isu HAM sekaligus sebagai momentum mengingatkan tragedi pelanggaran HAM yang pernah terjadi.

Kordinator acara refleksi September Hitam, Max (nama samaran) menjelaskan bahwasanya acara yang dimulai pukul 10.30 ini menyampaikan pesan terkait pelangggaran HAM yang terjadi dalam kurung waktu 100 tahun kebelakang, salah satunya genosida pasca G30SPKI. Menurutnya pembantaian yang dilakukan pemerintah orde baru hingga saat ini tidak ada kelanjutan penuntasannya.

“Di mana kasus itu tidak ada kelanjutannya, padahal dalam pembunuhan tersebut tidak jelas orang tersebut masuk golongan kiri atau apakah golongan PKI atau bukan. Mereka (korban pelanggaran HAM -red) yang dianggap partisipan yang kemudian dihilangkan dan jejaknya sekarang tidak diketahui,” ujar Max saat diwawancarai, Rabu (7/9/2022).

Menurutnya dalam konstitusi di Indonesia harus adanya HAM secara verbal yang harus dijunjung tinggi. Selain itu, ia juga menyampaikan aksi ini harus diadakan secara rutin guna merawat ingatan dan tidak teralihkan dengan isu-isu yang sedang viral. “Yang kedua, untuk mengingat kembali dan menolak padam merawat tragedi-tragedi kemanusiaan, yang mana tragedi kemanusiaan itu lambat laun akan teralihkan dengan kasus atau opini yang belakangan viral,” tuturnya.

Refleksi ini juga dijadikan momentum untuk mengangkat kembali kasus Munir Said Thalib yang hingga kini belum terungkap pelakunya. Max pun berharap refleksi ini dapat diikuti oleh seluruh civitas UIN SGD Bandung tak terkecuali dengan Dosen. “Harapannya lebih luas massanya dari civitas akademik, termasuk dosen juga (harus -red)  mengawal kasus ini, yang mana kasus ini merupakan tanggal kadaluwarsanya kasus Munir,” harapnya.

Salah satu peserta aksi dari jurusan Hukum Keluarga (HM), Abdul (nama samaran) mengatakan acara refleksi September Hitam ini perlu dilestarikan sebagai momentum representasi memori tentang kejahatan negara. Ia berujar dengan refleksi ini bisa meningkatkan kesadaran masyarakat UIN SGD Bandung tentang kejahatan negara tersebut.

“Tanggapan saya sendiri September Hitam ini perlu dilestarikan ya, karena gerakan September Hitam ini sebagai representasi memori kita di masa lalu tentang kejahatan negara membunuh dan memberantas tanpa adanya landasan hukum, seperti pembunuhan Munir, tragedi tanjung Priok, pembantaian PKI dan pembunuhan lain yang dilakukan negara kepada pihak yang tidak bersalah,” ujar Abdul saat diwawancarai, Rabu (7/9/2022).

Lebih dari itu, ia mengatakan dengan adanya refleksi ini dapat memantik kesadaran mahasiswa untuk ikut berpartisipasi  dalam mengingat pelanggaran HAM yang telah terjadi. “Sehingga masyarakat UIN boleh menyuarakan kejahatan negara yang mungkin bahkan sampai sekarang masih terjadi,” lanjutnya.

Reporter : Dheny Puspitasari/Suaka

Redaktur : Yopi Muharam/Suaka

1 Comment

1 Comments

    Tinggalkan Balasan

    Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

    Ke Atas