SUAKAONLINE.COM – Institut Drawing Bandung (IDB) berkolaborasi dengan Drawing Garis Hitam mengadakan kegiatan Mei menggambar bertajuk “Marakayangan Drawing” (gambar gentayangan) di Gedung Yayasan Pusat Kebudayaan, Jalan Naripan No. 9, Kota Bandung pada Minggu (15/5/2022). Kegiatan ini berlangsung selama empat hari, dari tanggal 14-17 Mei dan memamerkan 300 lukisan.
Koordinator IDB, Isa Perkasa mengatakan tema yang diusung menggambarkan sebuah semiotika seniman dari persoalan kehidupan, terutama pada masa pandemi. “Ketika pandemi ini seniman banyak yang bangkrut dan tidak punya ruang untuk pameran. Pameran pun susah gitu. Banyak yang gentayangan mencari ruang-ruang alternatif gitu,” Ucapnya saat diwawancarai di Gedung Yayasan Pusat Kebudayaan Bandung, Minggu (15/5/2022).
Selanjutnya ia menjelaskan diadakannya Mei menggambar karena berkaca dari inkober (kompotensi menggambar di bulan Oktober -Red). Di mana dalam setiap Bulan Oktober, banyak seniman berkarya untuk menggambar menggunakan tinta. “Nah, kita juga menciptakan Mei menggambar itu setiap Bulan Mei, kita membuat event menggambar dan buat pameran dan kagiatanya,” lanjutnya
Isa menuturkan menggambar merupakan sebuah terapi bagi semua orang yang melihatnya. Menurutnya kondisi Covid-19 lebih menakutkan, sehingga ketakuan itu direpresentasikan sebagai sebuah seni. “Hantu itu kan menakutkan ya, jadi kalau kita gambar bagaimana agar tidak menakutkan. Di sini ada anak-anak ikut menggambar juga. Ketika kemarin saja pembukaan, kita datangkan tiga hantunya ke sini, jadi cair dan relate untuk kehidupan sehari-hari,” tuturnya.
Selain itu, menurutnya menggambar bukan lah suatu hal yang menakutkan. Menggambar bisa menjadi sebuah rutinitas keseharian, juga menjadi terapi bagi siapapun. “Seperti saya kan seniman drawing gitu, menekuni dunia drawing itu sejak kuliah. Sampai akhirnya saya menjuarakan drawing di pilpolis dan pencapaian dari drawing itu,” ungkapnya.
Kendati demikian, ada beberapa kendala yang ia dan kawan-kawanya hadapi dalam menggelar kegiatan ini, yaitu respon pemerintah yang tidak memberikan subsidi dalam acara ini. “buat event pameran ini tidak gratisan juga, karena kita belum disubsidi, sebenarnya kita mandiri. Makannya, ada kotak donasi untuk kelangsungan pameran ini,” katanya.
Salah satu pengunjung dari Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Bawana, mengungkapkan kesannya di acara Marakayangan Drawing ini. “Kalau ini unik sih, misalkan banyak semacam cosplayer, saya sendiri menggambar vampir di sana, itu unik juga, menghiburlah intinya. Enggak kayak Gedung bersejarah biasa, tapi ada cosplay-cosplay gitu jadi rame,” ucapnya, Minggu (15/5/2022).
Bawana berharap agar acara ini terus diadakan, terutama kegiatan menggambar di jalanan yang bisa dilihat langsung oleh masyarakat. “Dan itu keren sih menurut saya, soalnya juga kan jarang ada yang melukis secara langsung, jadi pengunjung atau wisatawan tertarik begitu. Kalau saya sih semoga konsisten dan terus bisa berantusias,” tutupnya.
Reporter : Mohamad Akmal Albari/Magang
Redaktur : Yopi Muharam/Suaka