SUAKAONLINE.COM, Infografis – Anthrax merupakan penyakit kuno yang ditemukan oleh Davaine, Rayer dan Pollander pada tahun 1855. Penyakit anthrax disebabkan oleh bakteri Bacillus anthracis. Penyakit ini banyak dibicarakan di Indonesia terutama pada saat menjelang hari raya Idul Adha, sebab penyakit ini berkaitan erat dengan hewan ternak sapi maupun kambing yang merupakan hewan kurban. Beberapa daerah di Indonesia merupakan daerah endemis anthrax diantaranya di wilayah Jawa Barat, Jawa Tengah, Nusa Tenggara Timur dan Nusa Tenggara Barat.
Di Indonesia, kasus antraks pada manusia pertama kali dilaporkan di Sulawesi Tenggara tahun 1832. Tercatat 36 penderita meninggal setelah makan daging yang terinveksi anthrax. Kemudian di Kabupaten Paniai Irian Jaya pada tahun 1985 dengan ribuan ternak babi mati dan 11 orang meninggal karena makan daging babi. Di Jawa Tengah pada tahun 1990 total kasus 48 orang tanpa kematian. Pada tahun 2000 di Kabupaten Purwakarta Jawa Barat dengan 32 kasus, tahun 2001 di Kabupaten Bogor, 22 orang terserang dan 2 orang meninggal. Beberapa waktu yang lalu, penyakit ini ramai dibicarakan di Yogyakarta.
Pada hewan, sumber infeksi utama penyakit anthrax adalah tanah. Selama masa akhir penyakit ini, hewan ternak mengeluarkan bakteri vegetatif Bacillus anthracis dalam jumlah banyak bersama darah penderita melewati telinga, hidung dan anus. Bakteri ini dengan segera membentuk endospora dan berdiam diri di tanah bertahun –tahun bahkan hingga 60 -70 tahun. Hal inilah yang kemungkinan dapat menjadi sumber infeksi dari anthrax yang terus menerus ada.
Tingkat kematian akibat anthrax pada herbivora sekitar 80%. Anthrax pada hewan terdeteksi pada hampir di seluruh negara terutama di daerah mediteranian, Afrika dan Asia. Beberapa produk hewan misalnya bulu domba atau tepung tulang yang diimpor dari daerah endemis kemungkinan juga dapat menjadi sumber penularan bila terkontaminasi oleh endospora bakteri ini.
Hampir semua mamalia peka terhadap anthrax. Di Indonesia anthrax sering dijumpai pada sapi, kerbau, kambing, domba, kuda dan kandang babi. Tanah berkapur dan tanah yang bersifat basa /alkalis merupakan habitat yang sangat sesuai untuk endospora anthrax. Umumnya anthrax menyerang hewan pada musim kemarau, karena rumput sangat langka, sehingga sering terjadi ternak makan rumput yang tercabut sampai akarnya. Lewat akar rumput inilah kemungkinan bisa terbawa pula spora dari anthrax.
Penyakit anthrax juga semakin dibicarakan dan dianggap penting karena selain berpengaruh terhadap kesehatan manusia maupun ternak, juga berdampak negatif terhadap perekonomian serta perdangangan khususnya ternak secara nasional maupun internasional. Selain itu ternyata penyakit anthrax berpengaruh terhadap sosio-politik dan keamanan suatu negara karena endospora bakteri ini berpotensi untuk dipergunakan sebagai senjata biologis.
Pada setiap kejadian atau dugaan, anthrax pada hewan harus segera dilaporkan kepada Dokter Hewan yang berwenang dan Dinas Peternakan setempat. Pengobatan dapat menggunakan penisilin, tetrasiklin, dan preparat sulfa. Apabila pengaruh obat sudah hilang, vaksinasi baru dapat dilakukan sebab pengobatan dapat mematikan endospora yang terkandung dalam vaksin.
Untuk memutus rantai penularan, bangkai ternak yang terkena anthrax dan semua material yang diduga tercemar misalnya karena pernah bersinggungan dengan hewan penderita, harus dimusnahkan dengan cara dibakar atau dikubur dalam-dalam serta, bagian atas dari lubang kubur dilapisi batu kapur secukupnya. Area penguburan hendaknya diberi tanda supaya semua pengembalaan hewan di area sekitar menjauhi lokasi penguburan
Berbagai upaya dapat dilakukan untuk mencegah penularan anthrax pada manusia diantaranya dengan menghindari kontak langsung dengan bahan atau makanan yang berasal dari hewan yang dicurigai terkena anthrax. Selain itu perlu dilakukan pemusnahan bangkai hewan yang mati karena anthrax secara benar sehingga tidak memungkinkan endospora dari bakteri ini untuk menjadi sumber infeksi. Vaksinasi pada hewan ternak perlu dilakukan untuk mencegah infeksi pada ternak sapi, kerbau, kambing, domba maupun kuda.
Sumber :
Rahayu, Asih. Anthrax Di Indonesia. Jurnal Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya.
Wasito. Pengendalian Penyakit Anthrax: Fungsi Sosialisasi dan Pendidikan Keluarga Serta Inovator dan Early Adaptor. Lokakarya Nasional Ketersediaan IPTEK dalam Pengendalian Penyakit Stategis pada Ternak Ruminansia Besar .
WWW.health. nsw.gov. au.
Redhono, Dhani, dkk. Prevalensi Anthrax Di Indonesia. SMF / LAB Ilmu Penyakit Dalam Subbagian Imunologi – Infeksi Tropik Fakultas Kedokteran UNS/ RSUD Dr Moewardi Surakarta
Peneliti : Fantyana Huwaida’a