SUAKAONLINE.COM – Perayaan tahun baru China atau Imlek biasanya dijadikan momen untuk berkumpul bersama keluarga, sekaligus untuk berdo’a bersama dan meminta harapan yang baik untuk tahun mendatang. Budaya Imlek ke – 2571 ini jatuh pada hari Sabtu, 25 Januari 2020. Berdasarkan astrologi China, Imlek tahun ini merupakan tahun Tikus Logam.
Tak hanya warga Tionghoa saja yang merayakan Imlek, Jaringan Kerja Antar Umat Beragama (Jakatarub), Sahabat Lintas Iman (Salim) dan beberapa komunitas lain juga ikut memeriahkan malam tahun baru dengan mengadakan acara Tur Malam Imlek. Acara rutin ini diadakan setiap tahun, dimulai sejak tahun 2012.
Acara ini berawal dari keresahan yang disebabkan oleh cukup banyak prasangka negatif terhadap etnis Tionghoa. Kemudian diperparah dengan sedikitnya ruang perjumpaan, dan momen untuk bisa saling mengenal satu sama lain. Tur Malam Imlek ini dapat menjadi wadah untuk bersilaturahmi dan mengedukasi bagi sebagian umat ataupun etnis, dan juga bagi masyarakat umum.
Menurut pemerhati budaya, Sugiri, menuturkan bahwa acara ini bagus diadakan karena untuk meningkatkan kesadaran masyarakat, bahwa Indonesia ini mempunyai mozaik yang yang bermacam-macam sehingga toleransi harus dilaksanakan. “Melihat dari keefektifitasannya bagus dan bermanfaat dalam hal toleransi, saling menghargai macam-macam kepercayaan dan kita harus menerima kenyataan bahwa bangsa ini mempunyai mozaik yang macam-macam. Kalau engga ada acara gini kita gak bisa menghayati keberagaman itu,” tuturnya, Jumat, (24/1/2020).
Terdapat lebih dari 90 peserta dari berbagai usia dan agama yang ikut serta dalam Tur Malam Imlek ini. Kemudian ada empat Vihara yang dikunjungi, diantaranya, pertama yakni Vihara Satya Budhi yang terletak di Jl. Kelenteng, Kecamatan Andir, Kota Bandung, menjadi titik kumpul awal dalam tur ini.
Lalu yang kedua, dilanjutkan dengan berjalan ke Vihara Tanda Bhakti untuk mengetahui sejarah dari Vihara tersebut. Ketiga, dilanjut ke Vihara Darma Ramsi yang berada di Gg. Ibu Aisah, Cibadak, Kecamatan Astananyar, Kota Bandung. Di Vihara ini terdapat banyak ornament dan juga ratusan lilin merah yang siap dinyalakan untuk menyambut malam tahun baru.
Dan keempat, diakhiri dengan menyambangi Vihara Majelis Konghucu Indonesia atau biasa di sebut Makin. Disini pengunjung dijelaskan tentang perkembangan Konghucu di Indonesia. Jemaat Konghucu sendiri sangat senang menyambut Imlek ini, telebih setelah mantan Presiden Abdurrahman Wahid melayani agama Konghucu dan memberi satu hari libur dalam kalender.
“Sangat senang sekali, artinya semenjak Gusdur melayani agama Konghucu dan memberi satu hari libur untuk Imlek itu sangat luar biasa. Kita yang sudah menunggu sekian lama, walaupun sebelumnya sudah ada Undang-undang Perpres No. 65 mengenai Konghucu, tetapi tidak dilayani dan dimarginalkan. Kemudian Gusdur mengembalikan bahwa Konghucu harus dilayani sesuai dengan Undang-undang,” ungkap Dewan Penasihat Makin Bandung, Toni Rudianto, saat di wawancarai Suaka.
Sekretaris Jendral Jakatarub, Risdo, mengatakan goals dari acara ini sebenarnya menjadikan kita sebagai individu yang bisa menyebarkan semangat keberagaman. “Sebenarnya ini sebagai perkenalan keberagaman sih, untuk teman-teman yang ikut mungkin jarang punya kesempatan untuk bisa bertemu dan berkumpul seperti ini. Mungkin awalnya untuk perkenalan dan kebersamaan, dan kedepannya insyaallah nanti kita menjadi orang-orang yang menyebarkan semangat keberagaman,”katanya.
Menurut salah satu peserta yang berasal dari Bali, Made, mengungkapkan bahwa acara ini dapat membuat kita memahami dan menghilangkan kecurigaan terhadap orang lain yang berbeda dengan kita. Karena bisa jadi orang lain yang kita curigai ternyata punya niat baik, dengan begitu kita tidak akan ada kecurigaan terhadap keyakinan orang lain. Kemudian dengan saling mengenal, tak akan ada lagi kecurigaan dan akan menambah keakraban antar sesama. Saya juga berharap semoga semakin banyak orang yang mau memahami orang lain.” Tutupnya.
Reporter: Bestari Saniya
Redaktur: Hasna Fajriah