Kampusiana

Menikamati Manisnya Bisnis Gaya Hidup

Pemilik Afternoon Project, Azri Firdaus memberikan materi pada Sharing Session About Fun, Food And Fashion yang digelar oleh Mahasiswa Sosiologi sebagai tugas mata kuliah kewirausahaan, di Aula Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Jumat (24/11/2017). Menurutnya bisnis yang sukses itu ada dua, yang terbaik dan yang berbeda. (Dadan M. Ridwan/ Suaka)

 

SUAKAONLINE.COM – Ide berbisnis merupakan salah satu modal utama dalam menjalakan sebuah bisnis, ide tersebut  bisa didapat dari mana saja, tergantung kecermatan dalam menangkap peluang bisnis. Salah satunya melihat hal-hal yang ada disekitar atau memanfaatkan gaya hidup masyarakat masa kini menjadi peluang bisnis yang menguntungkan.

Saat ini gaya hidup menjadi sebuah identitas bagi masyarakat bawah dengan masyarakat menengah. Seseorang senantiasa menunjukan dirinya dengan gaya hidup yang menjadi bagian dari seseorang yang tidak terpisahkan.  Hal itu lah yang coba dimanfaatkan oleh pembisnis muda Azri Firdaus, Erik Sofian, dan Dessy Qudsiyati Qolby.

Ketiga pembisnis muda tersebut membagikan tipsnya dalam acara Sharing Session About Fun, Food And Fashion yang digelar oleh Mahasiswa Jurusan Sosiologi sebagai tugas mata kuliah kewirausahaan, bertempat di Aula Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Jumat (24/11/2017).

Azri Firdaus sebagai pemilik Afternoon Project yang bergerak dalam bidang fotografi dan videografi mengungkapkan,  bisnis yang ia jalankan merupakan hobinya semenjak SMP. Saat SMA dirinya selalu ditunjuk menjadi bagian dokumentasi  dalam kepanitiaan acara sekolahnya, sehingga keahliannya terus terasah.

Meskipun bukan berasal dari latar belakang pendidikan fotografi, Azri mengatakan jika dunia fotografi merupakan profesi terbuka, siapapun bisa menciptakan peluang usaha dari sana. Menurutnya ketika hobi sudah menjadi professional maka akan menjadi self branding. “Tadi mc memanggil saya sebagai aa afternoon, nah itu self branding,” ujarnya sembari tertawa.

Tidak ada alasan untuk tidak memulai, yang ada hanyalah keberanian untuk memulai. Azri mengaku jika Afternoon belum menyediakan cetak foto karena keterbatasan modal yang ia miliki. Tapi tidak menyurutkan semangat untuk memulai berbisnis. Ia menangkap gaya hidup masyarakat saat ini ketika difoto mayoritas diunggah ke media sosialnya. “Sudah jarang masyarakat yang menyimpan foto di dompet, di tempel di dinding, banyaknya untuk di upload di Instagram,” terangnya.

Pemilik Keripik Suhong, Erik Sofian mulai berbisnis sejak kelas 2 SMA pada tahun 2011, ia memilih berbisnis keripik karena sudah menjadi makanan yang mengindonesia sehingga sudah memiliki pasarnya. Dalam berbisnis rasa gengsi harus dihilangkan. “Saya tidak malu berjualan keripik, karena saya selalu berusaha seperti nama saya, Sopian, an sama dengan mapan,” ungkapnya.

Selain itu, dunia fashion merupakan gaya hidup yang tidak ada matinya. Dessy Qudsiyati Qolby atau lebih dikenal dengan Uchi Qalbi sebagai pemilik Uchi Wedding Service menceritakan bagaimana merintis usahanya. Ia memulai bisnis dari permintaan teman untuk merias pernikahannya, ia tidak memberikan tarif sepeser pun. “Membangun self branding  butuh perjuangan, ngga bisa instan,” ungkap alumni KPI UIN SGD Bandung ini.

 

Reporter : Dadan M. Ridwan

Redaktur : Hasna Salma

Komentar Anda

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Ke Atas