SUAKAONLINE.COM – Mengawali impian terjun ke dunia acting memang tak mudah, Mahasiswa jurusan Jurnalistik UIN SGD Bandung, Dian Nurdiansyah terus berproses untuk mencapai hal tersebut. Bermodalkan rasa percaya diri ia mampu membuat penonton menyukai tingkahnya dalam berlakon.
Sebelum masuk di dunia teater seperti saat ini, ia mengaku mulai bermain peran dengan drama, sehingga ia yakin untuk terus menggali potensi yang dimiliki. “Saya menyadari diri saya bisa berakting, kenapa tidak dikembangkan saja, dari kecil kesenian adalah kesukaanku,” ujarnya.
Ketika kecil ia sangat sering tampil dalam drama di acara kenaikan kelas, walau tempatnya berakting tergolong masih sederhana, namun itulah awal mulanya bakat tersebut terus di asah. Dian terjun ke dunia teater tergolong masih baru, hanya saja dalam segi drama sudah lama.
Darah seni
Pria asal Purwakarta, Jawa Barat itu rupanya sudah terbiasa berbaur di dunia seni, saat usianya masih kecil ia sudah berada diantara para penggiat seni. Tentunya kemampuan kesenian tersebut tak luput dari peran keluarga. Ia memiliki keluarga yang memang penggiat seni, kakeknya seniman pemain rebab dan ibunya pun penari jaipong. ”Dian lebih tertarik di dunia teater, karena teater itu adalah kehidupan yang dipentaskan ke atas panggung dan teater memberikan banyak hal tentang kehidupan bagi saya,” ujarnya berkisah.
Memiliki keluarga yang giat di bidang seni, tentu Dian tak hanya memiliki bakat drama atau teater saja. Ternyata pria yang akrab disapa Panjul ini memiliki keahlian yang lain, seperti menari juga bermain musik dengan genre yang lebih agamis, seperti qasidah, marawis, hadroh. Tak hanya menghibur dengan lakon saja, namun juga dengan alunan musik yang biasa ia persembahkan dibeberapa acara.
Memilih fokus di teater
Ketertarikan Panjul untuk fokus pada teater bermula ketika ia kuliah. Ia menceritakan, ketika melihat berbagai permasalahan yang ada saat ini, timbul rasa kritis untuk menyampaikan pesan-pesan melalui berbagai peran dalam teater. Selain teater adalah kehidupan yang dipentaskan di atas pangggung, dan teater memberikan banyak hal tentang kehidupan. Ternyata baginya teater juga dimanfaatkan sebagai salah satu cara untuk menuangkan kritik terhadap penguasa atau pemerintah.
”Inilah cara kami mengungkapkan keresahan kami terhadap politik politikus yang kurang benar menjalankan amanatnya, melalui teaterlah caranya,” tuturnya.
Selain memiliki ambisi kritik terhadap pemerintah, Panjul memilih fokus di teater karena itu adalah cita-cita baginya, terjun ke dunia acting dan berharap hobi dan bakat tersebut bisa tembus sampai ke dunia perfilman. Untuk mencapai itu semua banyak rintangan yang harus ia lalui.
Usaha berbuah prestasi
Ketika ia tahu bisa drama, Panjul terus mengasah kemampuannya di dunia peran. Berbagai perlombaan pernah iya ikuti, diantaranya lomba fragmen, drama nasional atau pekan olah raga dan seni antar pesatren daerah (POSPEDA) di Gorontalo tahun 2013. ”ini adalah lomba dan pertunjukan yang sangat berkesan bagi saya, karena nformasi pertunjukan ini diberitahukan secara mendadak dengan latihan yang hanya memiliki waktu sehari saja dan konsep yang dadakan, tapi alhamdullillah saya dan team bisa mendapatkan juara satu,” katanya mengenang.
Selain mendapatkan prestasi ketika masih di Bangku MA, saat ini disamping kuliah ia sudah menampilkan beberapa karya teater bersama dengan unit kegiatan mahasiswa teater awal (UKM teater awal) UIN SGD Bandung, tahun 2016 lalu ia telah menampilkan karyanya dalam sebuah perlomba di Bandung dan berhasil mendapatkan juara tiga.
Berbagai pertunjukan yang sudah ditampilkan bertajuk gara-gara iptek (Ilmu pengetahuan dan teknologi ) waktu di SMA, masa depan gelap, manusia jero botol, sebelum menjadi yang lain, mencari mang jupri, romehong dan kuliat, pergilah ia kembalilah, tubuh bisu, izinkan kami gelisah dan ia juga menjadi salah satu model dalam adegan video klip dari penyanyi Debu dalam lagu yang berjudul Doa Cinta.
Sosok inspirasi baginya
Kesederhanaan dan penuh semangat untuk menjaga kesenian adalah kewajiban baginya, dibalik keluarga dan teman dalam berseni tentu Panjul memiliki sosok yang sangat ia kagumi, dan dijadikan sebagai sosok inspirasi baginya. Namun ia tak begitu melihat sosok lain selain dirinya yang memiliki rasa percaya diri, ia menyadari bahwa dirinya bisa berakting dan itulah inspirasi terbesarnya. ” Saya sadar diri ini memiliki bakat lebih, kenapa tidak dikembangkan saja,” paparnya.
Baginya rasa percaya diri harus ditanamkan kesetiap individu, karena suatu hal akan terus berjalan baik, dan membuahkan hasil jika dijalankan dengan percaya diri. ”Mahasiswa harus bisa menuangkan gagasan atau idenya melalui karya-karya, baik seni ataupun karya lainnya, saya sendiri memiliki tujuan agar tetap bisa menjaga kesenian agar tak punah di telan zaman,” ujarnya.
Cerita apa pun bisa disampaikan melalui teater, dunia teater memberikan pengaruh besar dalam kehidupan sosial atau masyarakat, teater mengajarkan tentang bagaimana berdialog dengan lingkungan. Tentunya banyak cara yang bisa dilakukan untuk mempertahankan teater. ”Cara saya mempertahankan rasa kecintaan terhadap teater adalah terus berproses.”
Panjul menjelaskan, dalam setiap pementasan setiap orang banyak di ajarkan berproses, dan dalam proses itu begitu banyak pembelajaran mengenai kehidupan. “Jadi bukan sebatas mementaskan naskah drama saja, tetapi menemukan berbagai ilmu dalam proses tersebut,” tuturnya.
Namun sayang, disetiap latihan untuk berproses tersebut terbentur, karena kurangnya tempat latihan juga sarana prasarana. Seharusnya pihak kampus menyiapkan wadah yang baik untuk menunjang keberlangsungan proses latihan ini.
Banyak hal yang membekas bagi dirinya, dan yang paling menonjol adalah meningkatnya rasa percaya diri dan berani berbicara di depan umum. Aktor yang baik adalah aktor yang bisa memberikan takaran yang pas pada keaktorannya, dan peka terhadap penonton juga realita dalam masyrakat. Jika suasana pementasan mulai turun maka aktor harus bisa menaikkkan kembali suasana penasaran penonton. Ia berharap semoga tokoh yang berpengaruh untuk dunia ini lahir dari teater.
Reporter : Delvia Yosa Amanda
Redaktur : Hasna Salma