Infografik

R.A. Kartini dan Perjuangannya

 

SUAKAONLINE.COM, Infografis – RA Kartini lahir pada tanggal 21 april 1879 yang merupakan anak dari Raden Mas Adipati Sosroningrat, anak dari Pangeran Ario (P.A) Tjondronegoro IV yang dilihat dari silsilah keluarga masih satu keturunan dari Prabu Brawijaya Raja Majapahit terakhir. Karena RA Kartini hidup di lingkungan keluarga priyayi dan telah mempunyai pemikiran maju, maka jiwa kemajuan yang ada pada keluarganya itu nyata dapat diwarisi oleh R.A. Kartini.

Dalam melihat keadaan masyarakat di sekitarnya, R.A. Kartini banyak memusatkan perhatiannya kepada persolan-persoalan yang sedang terjadi. Seperti persoalan nasib kaum wanita, pendidikan, kesenian, kesehatan dan sebagainya. Dengan ini jelaslah bahwa R.A. Kartini adalah seorang yang memiliki pandangan dan pengetahuan yang amat luas dan beraneka ragam.

 

Perjuangan R.A. Kartini dalam Emansipasi Perempuan

Pada zaman sebelum R.A. Kartini lahir, kedudukan kaum perempuan Indonesia masih sangat terbelakang. Keadaan ini tentu disebabkan karena adanya susunan dan pandangan yang masih kolot, dan masyarakat pun masih kuat memegang teguh pada tradisi dan adat. Namun dikarenakan semenjak kanak-kanak Kartini sudah sekolah dan banyak bergaul dengan orang Eropa, lama-kelamaan R.A. Kartini mulai menyadari  bahwa susunan dan pandangan masyarakat negerinya tidak benar dan jauh berbeda dengan bangsa lain.

Pada usia enam tahun (1885), R.A. Kartini sudah mulai menyadari akan  pentingnya persamaan hak dan derajat antara laki-laki dan perempuan, menolak semua aturan-aturan yang dinilai merendahkan perempuan. R.A. Kartini berpandangan bahwa perempuan harus diberi kebebasan untuk menuntut ilmu dan menduduki jabatan-jabatan di masyarakat.

R.A. Kartini juga menyerang keras adanya “Adat permaduan” pada waktu itu, karena baginya, semua wanita tentu tidak menghendaki dan tidak senang dimadu, dikarenakan permaduan sangat merendahkan martabat perempuan dan tidak sesuai dengan azas kemanusaiaan. Kartini menentang, mencaci dan menghendaki agar adat permaduan itu lenyap dan dihilangkan di Hindia Belanda kala itu.

Dalam emansipasi perempuan, R.A. Kartini berpendirian bahwa Tuhan menjadikan laki-laki dan perempuan  sebagai makhluk yang sama hak dan derajatnya. Bahkan lebih tegas, R.A. Kartini mengatakan bahwa kaum perempuan yang beradab dan terpelajar akan dapat menjadi penolong dan pembantu yang berharga bagi kaum laki-laki.

 

Perjuangan R.A. Kartini dalam Pendidikan

Perjuangan R.A. Kartini dalam pendidikan erat kaitannya dengan perjuangan emansipasi kaum perempuan. Ia melihat bahwa keadaan pendidikan masyarakat Indonesia sangat kurang dan menyedihkan, di antaranya masih banyak anak-anak yang terlantar dan buta huruf.

Pada permulaan abad ke-20 itu, di Hindia Belanda hanya beberapa sekolah guru dan sekolah dokter Jawa. Sedangkan di tiap kabupaten dan kecamatan hanya ada sekolah dasar tingkat dua, pelajarannya antara lain membaca, menulis, berhitung dan bahasa daerah yang tentunya merupakan formatan pemerintah Hindia Belanda agar masyarakat tidak begitu pandai.

Dalam mata pelajaran ia menganjurkan agar diadakannya pembelajaran bahasa Melayu, Indonesia dan Belanda karena akan mempermudah membaca dan mempelajari buku-buku yang waktu itu masih banyak menggunakan bahasa Melayu dan Belanda. Sehingga ketika di sekolahan diajarkan bahasa tersebut, menurutnya, masyarakat  akan pandai dan cerdas sehingga tidak akan mau begitu saja tunduk pada pemerintah.

R.A. Kartini yang mempunyai pandangan luas dan tajam tentu merasa pelajaran tersebut tidak memuaskan, kemudian Kartini mencela  dengan tajamnya agar pemerintahan Belanda mengubah politik dan mengadakan pembaharuan yang berguna bagi masyarakat. R.A. Kartini juga menganjurkan agar anak-anak diberi pendidikan modern. Tetapi hal ini bukan sebuah upaya untuk mendorong bangsa Eropa semakin menjajah Hindia Belanda.

Dalam dunia pendidika pun, Kartini memberikan andil yang besar, yaitu dengan mendirikan “Sekolah Gadis” di daerah Jepara dan membawa pengaruh terhadap perkembangan pendidikan dan terutama bagi kaum perempuan.

 

Perjuangan R.A. Kartini dalam Kebangsaan

Kartini yang ditakdirkan hidup di lingkungan bangsawan tidak lantas membuat jiwanya terpengaruh dengan kebangsawananya dikarenakan di dalam jiwa R.A. Kartini telah bersemi kecintaanya terhadap rakyat dan Kartini tidak senang apabila ada orang yang selalu membanggakan asal keturunanya, bahkan Kartini sangat benci dan menentang. Kehidupan yang bebas, merdeka, saling menghormati, mempuyai hak dan derajat yang sama adalah cerminan masyarakat yang selalu menjadi idaman Kartini.

Sebagai seorang anak perempuan yang lahir di zaman penjajahan sejak muda Kartini sudah memiliki kesadaran Nasional. Terbukti dengan perjuangan Kartini berani melahirkan pendapatnya dan menuntut pemerintah Hindia Belanda agar menghapuskan penjualan candu opinium dari pemerintah Belanda. Karena menurut pendapatnya, candu dapat merusak dan melemahkan kesehatan rakyat dan memperburuk perekonomian.

Bentuk cerminan perjuangan Kartini  terlihat saat ada tawaran kepadanya untuk dikirim ke negeri Belanda untuk melanjutkan pelajarannya dengan beasiswa. Namun, ia menolaknya dan memberikan beasiswanya kepada pemuda salim (Agus Salim), karena menurutnya, kepergian tersebut semata-mata tidaklah untuk kepentingan pemuda itu sendiri, melainkan untuk kepentingan seluruh bangsa.

Pada saat muda Kartini hanya memikirkan dan selalu berusaha membela kepentingan rakyatnya. Kartini selalu memperhatikan nasib rakyatnya yaitu dengan cara berkunjung ke desa-desa guna mengetahui secara langsung keadaan rakyatnya dan memberikan bimbingan, petunjuk, bantuan yang diperlukan rakyatnya. Ia tidak sedikit pun merasa takut menanggung akibat dari perbuatannya itu, bahkan Kartini mengungkapkan semua persoalannya ke negeri Belanda dan dengan secarik kertas ia mengecam pemerintahan Hindia Belanda yang menerapkan sistem politik yang tidak mencerdaskan anak bangsa.

 

Saat-Saat Terakhir Perjuangan R.A. Kartini

Dalam memperjuangkan cita-citanya agar terwujud, Kartini tidak mengenal waktu. Tidak ada waktu baginya untuk berfoya-foya dan bersenang-senang, setiap waktu luang ia gunakan untuk membaca dan menambah pengetahuan. Ia tidak memperhatikan kesehatan badannya sehingga menyebabkan ia terjangkit penyakit ginjal dan tepat pada tanggal 17 September 1904, R.A. Kartini meninggal dunia.

 

Peneliti   : Siti Ressa Mutoharoh/Magang,

Desain    : Anggi Nindya Sari/Suaka

Sumber  : Tashadi (1985) RA Kartini

Komentar Anda

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Ke Atas