SUAKAONLINE.COM — Bruk! Dua orang berbaju hitam terjatuh. Mereka bergelepar. Sesaat kemudian geraknya semakin liar, seolah tak sadar dengan pikiran yang sedang nanar. Sementara itu sang tetua sibuk membaca mantra. Mulutnya komat-kamit. Tangannya tengadah menghadap langit. Lalu, bruk! Tiga orang berbaju hitam lainnya menggelinjang. Ini parade kesurupan! Lima orang yang tak sadar itu sekarang saling sikut. Berebut memasuki barong berkepala singa. Reak, seni bernuansa mistik yang begitu menarik.
Kesunyian di bukit Manglayang pecah. Lapangan tandus di Desa Cipadung Kecamatan Cibirudisulap menjadi panggung seni. Lengkingan tarompet dan tabuhan gendang mengundang banyak orang. Para pemain reak yang kesurupan menarik perhatian. Tua muda berbaur di acara Manglayang Midang. Acara pentas seni sunda yang diadakan Dapur Seni dan Budaya (Dapsenbud) Kota Bandung. Sebuah pelestarian budaya yang diupayakan pemerintah. Menjaga budaya lokal yang tak dibiarkan punah.
“Acara ini bertujuan melestarikan budaya Sunda. Pertunjukan yang biasa diselenggarakan di Manglayang ini merupakan salah satu program pemerintah Kota Bandung,” jelas Muhammad Firmansyah (29) selaku Kabid Organisasi dan Keanggotaan Dapsenbud, Minggu (11/5/2014).
Jarum jam mengarah tepat ke angka sebelas. Cuaca semakin panas. Namun tak berkurang kelincahan pemain Reak. Mereka tak henti berjingkrak. Nada menggoda dari musik tradisional membuat para pemain tak mau diam. Sang tetua pun tak henti mambaca mantra. Namun tiba-tiba saja, “Hahaha..hahaha..” Seorang penonton tertawa terbahak-bahak. Matanya membelalak. Tubuhnya mengikuti irama musik yang menghentak. Dia kesurupan. Segera dia bergabung dengan pemain lain yang kesurupan sejak tadi. Dia menari. Bergerak semaunya dan lupa diri.
“Dia kecipratan mantra,” kata Syukri, pria paruh baya yang juga seorang panitia acara. Kesurupan itu, lanjut syukri, terjadi karena hati dan pikiran yang sedang kosong. Juga bisa jadi karena potensi alami penonton yang kesurupan dalam merespon energi gaib.
Seni Reak memang dibumbui dengan hal yang berbau mistis. Namun tak lantas membuat orang takut. Mistisme dalam reak semakin membuatnya digandrungi masyarakat. Proses kesurupan, mengupas kelapa dengan mulut dan memakan benda-benda tajam adalah adegan yang paling ditunggu penonton. Meski demikian, Syukri mengungkapkan bahwa Reak banyak mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Menurutnya, banyak pertunjukan Reak yang dimanipulasi dan dibuat-buat.
“Reak menampilkan seni yang tediri dari kolaborasi musik, tarian dan mistik. Namun sekarang sudah beda. Musik yang dimainkan bukan lagi nada asli budaya Sunda. Tapi nada dangdut yang popular. Kesurupan juga sudah beda, banyak yang dibuat-buat karena pengaruh minuman keras,” paparnya.
Sinergi Pemerintah dan Masyarakat
Pentas Manglayang Midang dapat terselenggara karena kerjasama antara pemerintah dan masyarakat. Pentas ini membuat masyarakat dapat menyalurkan bakat seni dalam kegiatan yang disediakan oleh pemerintah. Dalam acara kali ini tidak hanya Reak yang ditampilkan, namun ada pula pencak silat dan tarian tradisional. Muhammad Firmansyah mengatakan, acara ini akan diperjuangkan agar tetap terselenggara secara rutin.
“Melihat animo masyarakat yang tinggi, menjadi motivasi tersendiri bagi kami untuk terus melestarikan acara ini. Namun terkadang acara seni ini harus berbenturan dengan padatnya jadwal Dapsenbud di kota. Karenanya kami mengharapkan partisipasi masyarakat agar sumber daya yang kami miliki meningkat,” ujarnya.
Dapsenbud Kota Bandung membuka lebar peluang bagi masyarakat yang ingin mengembangkan potensi seninya. Dengan program seperti Manglayang Midang ini, masyarakat bisa menunjukkan kebolehan mereka dalam seni budaya Sunda.
Siti Lestari (45), salah seorang pengunjung yang mengapresiasi acara Dapsenbud ini menuturkan, acara seni budaya lebih pantas digencarkan daripada acara hiburan modern.
“Bagus sekali acaranya. Kami selaku masyarakat bisa ikut serta dalam melestarikan budaya kita. Ini bentuk kerjasama antara pemerintah dan kita (masyarakat). Seharusnya lebih sering diadakan dan ditingkatkan dari segala sisinya,” ujar ibu beranak tiga tersebut.
Hari ini kesurupan masih menjadi tontonan yang mengasyikan. Karena aroma mistis yang dikemas secara menarik lewat pertunjukan Reak. Namun entah esok nanti. Saat kesurupan menjadi hal yang ditakuti dan dikutuki. Tariannya akan ditinggalkan. Alunan musik tradisional yang hilang. Serta barong singa yang berdebu di gudang-gudang. Itu semua akan datang saat seni dan budaya dilupakan. Hanya sebatas kenangan yang kelak tenggelam ditelan zaman.
Reporter : Adam Rahadian Ashari/Suaka
Redaktur : Adi Permana