Kampusiana

Sukses Berbisnis Dengan Passion dan Komunikasi Yang Baik

Sesi foto bersama dalam seminar nasional Pekan Intelektual Psikologi di Aula Abjan Soeleman UIN SGD Bandung,Minggu (29/04/2018). Seminar nasional ini menghadirkan Founder Of Mayapaya , Herfiza Novianti dan Kolumnis detik.com, Kalis Mardiasih. (S. Muhammad Ramdani/Magang).

SUAKAONLINE. COM- Seminar Nasional Psikologi yang merupakan rangkaian acara dalam kegiatan Pekan Intelektual Psikologi menghadirkan Founder Of Mayapaya ,Herfiza Novianti dan Kolumnis detik.com, Kalis mardiasih. Pekan Intelektual Psikologi yang sudah diselenggarakan sejak 23/4/2018 lalu oleh Dewan Mahasiswa Fakultas Psikologi tersebut mengusung tema “Ngandel, Kendel, Kandel , Bandel”.

Menurut  Ketua Pelaksana, Suci Darmawan, tema tersebut merupakan bahasa yang sering digunakan oleh K.H. Dewantara. Dimana Kandel berarti penuh ilmunya dan Bandel berarti tawakal yaitu percaya dan tidak mudah takut.

“ Dari tema tersebut kami berharap agar output dari hasil kegiatan ini memiliki Iman dan Taqwa yang tiggi terhadap Allah SWT dan memiliki keberanian dalam mengatakan ya pada yang benar  berkata  tidak  pada yang salah serta mendapatkan ilmu yang penuh kebermanfaatan sehingga mengantarkan kepada ketawakalan kepada Allah Swt,” ungkap Suci.

Founder Of Mayapaya, Herfiza Novianti memberikan pengalaman dalam dunia bisinis dan komunikasi. “ Melakukan usaha pada bidang yang disukai, memiliki pasiion  dibidangnya itu  serta melakukannya dengan hati. Hal tersebut merupakan kunci dasar dari kesuksesan,” ujar Herfiza, Minggu (29/4/2018). Menurut Herfiza Novianti, saat berbisnis kita harus mencari tim dan partner yang passion dan keinginannya sama dengan kita, karena dalam berbisnis kiita tidak bisa mejalankan sendiri.

Ia pun berpesan kepada mahasiswa agar  memilikii sikap dan attitude  yang baik dalam lingkungan kerja baik itu sebagai pengajar maupun pembisnis. Karena mau sepintar apapun apabila seseorang tidak memilki attitude yang baik  dengan atasanya, serta  tidak memiliki hubungan yang baik dengan teman kerja  hal itu akan menyebakan ketidaksuksesan. Karena attitude  itu  lebih  diutamakan daripada  link dan kepintaran .

Dalam komunikasi menurutnya seseorang itu harus belajar berani bebicara serta mengemukakan pendapat dari lingkungan  terkecil  terlebih dahulu misalkan di dalam kelas. Karena dari lingkungan terkecil itu seseorang belajar untuk mengolah kata-kata dan kalimat yang baik.

“ Ini salah satu yang aku tekankan pada mahasiswa, jadi  kalau dikelas, aku meminta mereka  untuk berani bicara dan mengemukakan  pendapat.  Serta tidak membiasakan bahasa pergaulan di dalam kelas,” paparnya saat memberikan materi  pada acara seminar nasional di gedung abjan soeleman  UIN SGD Bandung, Minggu (29/04/2018)

“Jika kita suka sesuatu,  semalu apapun pastinya dalam menjelaskannya akan ngerasa nyaman. Katakanlah misal saya bisnis batu bara, dan  ketika orang menanyakan mengenai  bisnis batu bara dan tambang saya mungkin akan belepotan dalam menjawab pertanyaannya karena saya tidak menguasai hal tesebut. Lain halnya dengan bisnis hijab, saya bisa jawab karena saya suka dengan bisnis hijab tersebut, “  pungkas Founder Of Mayapaya tersebut .

Kolumnis detik.com, Kalis mardiasih mengatakan menulis itu  merupakan manifestasi dari apa yang kita lihat baca dan dengar. Banyak hal yang bisa  ditulis yang kadang-kadang mereka merasa tulisannya itu takut tidak laku, padahal tidak boleh demikian.Jadi kita setiap hari menerima input dari apa yang kita lihat, baca dan dengar oleh karena itu tuangkanlah dalam bentuk  suatu tulisan,”  tegas Kalis.

Senada dengan Herfiza,  Kalis Mardiasih   mengungkapkan jika mahasiswa itu harus  mulai belajar menulis dari tugasnya kampusnya. Jika Dari tugas kampus sudah copy-capste,akan sulit dimasa depan. Dalam menulis itu  perlu latihan, karena menulis itu merupakan  latihan otak untuk  membaca , merangkai kata, serta mengolah kata.

“ Masing- masing media memiliki acuan kaidah penulisannya tersendiri sehingga kita dituntut untuk menyesuaikan dengan kaidah penulisan tersebut  oleh karena itu kalian engga bakal bisa  nulis  tema-tema  yang engga benar-benar  kalian kuasai,” tutupnya.

 

Reporter: S. Muhammad Ramdani/Magang

Redaktur: Elsa Yulandri

Komentar Anda

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Ke Atas