TABLOID EDISI 10/ TAHUN XXVI/ EDISI MARET 2013
EDITORIAL
Tugas Berat, Pak Rektor
Hampir genap sewinduu kampus ini berstatus Universitas. Perubahan di berbagai lini telah dan ada yang masih dilaksanakan. Dari mulai membangun jurusan-jurusan dan prodi keilmuan umum, perubahan sistem, kebijakan, hingga infrastruktur kampus pun terus dalam upaya pembaharuan. Dan baik dari program terusan dari rektor terdahulu maupun program baru rektor sekaran. Semuanya masih menjadi formulasi guna meramu dan membangun kampus Sunan Gunung Djati ke arah yang lebih mantap.
Program rekonstruksi infrastuktur kampus yang tengah berlangsung, laik mendapatkan apresiasi yang lebih dari sekedar tepukan tangan. Program hafal satu juz Al-Quran sebelum mengenyam titel sarjana dari kampus ini pun, sama kiranya harus kita apresiasi sebagai konsekuensi logis menimba ilmu di sebuah Perguruan Tinggi bertitel Islam. Adapun penambahan jurusan, prodi bahkan fakultas mesti kita pahami sebagai langkah nyata membangun sebuah universitas yang memadai dan kelak akan diperhitungkan.
Meski pada kenyataannya, jajaran petinggi kampus khususnya rektor harus lebih memutar otak untuk memiliki formulasi khusus yang akan dihadapkan kepada realita yang hinggap di kampus kita selama ini. Mesti harus ada perombakan sistem yang dilakukan. Salah satu contoh kecilnya, sistem administrasi kampus kita masih dapat dibilang jauh dari kata sempurna. Masih banyak mahasiswa yan gmengeluhkan kondisi sistem administrasi kampus kita yang tidak efektif dan efisien. Dari sistem pembayaran, pengisian KRS, saluran indormasi hingga ke sosialisasi kebijakan kampus. belum lagi fungsi vital perpustakaan di kampus ini masih mendapatkan rapor merah di kalangan dosen dan mahasiswa.
Dan yang tak kalah pentingnya lagi adalah, bagaimana menampung dan mensinergikan mahasiswa yang memiliki orientasi beragam. Tak dapat dipungkir bahwa mahasiswa yang terdaftar di kampus Sunan Gunung Djati ini memiliki hasrat, tujuan dan pandangan yang berbeda. Khususnya pandangan mereka terhadap kenyataan kondisi akademik yang kelak dihubungkan dengan lapangan pekerjaan. Jangan sampai mahasiswa dibuat resah dan khawatir dengan ketidakpastian kampus ini dalam mengelola basis keilmuannya. Dan jangan sampai keberlaluan sistem dan status ini mengikis dengan perlahan cita rasa keislaman yang menjadi tonggak utama keberadaan kampus ini.
Gejala-gejala tersebut harus segera kita sikapi dengan arif dan bijaksana. Semua elemen kampus harus mensinergikan diri menjadi sebuah subjek. Menuju sebuah lembaga pencipta perubahan dan pusat peradaban bangsa ini menuju kebaikan. Meskipun pada akhirnya, kita harus mulai bebenah dari hal terkecil dahulu.