SUAKAONLINE.COM – Pelaksanaan Pengenalan Budaya Akademik dan Kemahasiswaan (PBAK) UIN SGD Bandung 2023 masih belum ramah terhadap peserta penyandang disabilitas. Berpusat di Gedung Anwar Musaddad, Kampus 1, Senin (28/8) hingga Rabu (30/8), terdapat 7406 peserta di mana ada 3 mahasiswa baru penyandang disabilitas yang diterima.
Kampus hijau yang mengusung salah satu kalimat yang tertuang dalam tema, yakni ‘Membangun Sikap dan Perilaku Inklusif’ belum sepenuhnya terealisasi. Pengalaman demikian dirasakan oleh mahasiswa baru jurusan Pengembangan Masyarakat Islam (PMI), Iqbal, seorang tunadaksa juga tunanetra. Ia mengungkapkan sulitnya mengakses gedung-gedung kampus 1 ketika PBAK berlangsung. Hanya didampingi oleh teman-temannya, Iqbal pantang menyerah mengikuti kegiatan meskipun tahu realita kondisi kampus.
Selama kegiatan, ia bercerita kepada Suaka jika dirinya pulang-pergi kampus hanya diantar dan berharap bisa menyewa tukang ojek langganan. “Sementara ini diantar, karena sejauh ini belum dapat ojek yang bisa dibayar bulanan, kosannya dekat kok di Gang Kujang,” jelasnya, Rabu (30/8).
Pemuda asal Medan tersebut mengeluhkan infrastruktur kampus yang belum terpasang guiding block. Salah satu hal yang ia soroti, meminta agar dibuatkan guiding block di setiap fakultas agar memudahkan dan terjangkau bagi pejalan berkebutuhan khusus. Menurutnya, perlu naik kendaraan motor jika tidak ada jalan pedestrian yang ramah difabel.
Selain itu, Iqbal bercerita lagi tentang perilaku yang kurang mengenakan selama mentoring. Ia mendapat kesulitan mengerjakan tugas mengumpulkan foto, namun dirinya bukan meminta dikecualikan. “Tadi malam itu ada kegiatan mentoring dan diminta mengumpulkan foto, ya teman-teman yang bisa melihat, bisa mengakses foto dan lainya, tapi untuk saya yang tunanetra ya tidak bisa akses. Tugas mah harus disamakan dengan yang lain, tapi mungkin pengumpulannya lah yang beda atau gimana,” tuturnya.
Ia berharap pihak kampus lebih memperhatikan mahasiswa disabilitas melihat beberapa orang yang berkeinginan kuliah di universitas. Iqbal menyebut ada temannya yang serupa berkuliah di kampus 2 dan beberapa teman akan masuk ke kampus UIN Bandung di tahun depan. Kampus inklusif yang menjadi tema PBAK belum benar-benar dirasakan.
“Kegiatan PBAK ini sudah bagus ya, karena jadi dapat informasi-informasi yang memang diperlukan untuk kedepannya seperti informasi UKT dan lain-lain. Tapi tolonglah diadakan fasilitas untuk disabilitas, supaya teman saya bisa daftar kesini tahun depan,” ujarnya.
Di samping Iqbal, mahasiswa baru jurusan Pendidikan Matematika, Sheva, seorang tunarungu wicara, juga tidak berhenti membuat dirinya melanjutkan pendidikan kuliah. Bersama pendampingnya dari anggota protokol, mengutarakan suka dukanya selama PBAK. “Aku awalnya enggak percaya sama enggak yakin, tapi orang-orang nyemangatiku, karena kekurangan ku enggak bisa membuatku mundur, jadi aku dikasih semangat dan aku sangat berterimakasih,“ ujar pendampingnya yang menerjemahkan kepada Suaka, Senin, (28/8).
Reporter: Zidny Ilma/Suaka
Redaktur: Mohamad Akmal Albari/Suaka