SUAKAONLINE.COM – Kamis sore itu tidak seperti biasanya, sekelompok orang berkumpul menggunakan payung hitam di depan gedung lembaga pendidikan yang terletak di Jl.A.H Nasution No. 105 Bandung. Ditengah derasnya hujan dan lalu lalang mahasiswa teriakan “Tetap waspada! Jangan diam! lawan!” terdengar lantang menggema menyatu dengan suara hujan.
Adalah sekelompok mahasiswa yang tergabung dalam Aksi Kamisan UIN Bandung yang tengah melakukan Aksi Kamisan di depan Rektorat UIN SGD Bandung, Kamis (29/11/2018). Berbekal spanduk-spanduk bertuliskan “Tindak tegas dosen cabul”, “Usut tuntas kasus pelecehan”, “UIN Bandung darurat pelecehan” dan pengeras suara mereka berorasi menyampaikan aspirasi dan rasa khawatir yang dirasakan.
Dalam Aksi Kamisan yang mengangkat tema “Tindak Tegas Dosen Mersum “ beberapa orator perwakilan dari massa aksi dalam orasinya mnyampaikan bahwa dalih bimbingan skripsi dan perbaikan nilai acap kali dijadikan alasan oleh oknum dosen dalam melancarkan aksinya. Beragam bentuk pelecehan seksual verbal dan non verbal dilakukan oleh oknum dosen terhadap mahasiswanya. Tak hanya dilakukan dilingkungan kampus, tak jarang pelecehan seksual tersebut dilakukan diluar kampus, seperti rumah makan atau restorant.
Beberapa orator pun menyinggung tentang keberedaan Tim Investigasi Khusus yang diketuai oleh Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Ahmad Sarbini untuk mengusut kasus ini, tugas dan fungsinya belum berjalan secara maksimal. Hal ini dikarenakan dalam keanggotaan tim tersebut tidak terdapat ahli psikologi dan ahli hukum. Yang mana dalam mengusut kasus ini seharusnya kedua ahli tersebut dilibatkan.
Salah satu massa aksi, Muhammad Haikal, menuturkan, tema ini diangkat karena melihat kasus pelecehan seksual yang telah berlangsung lama dan berulang kali terjadi. Akan tetapi, pihak kampus belum mampu mengambil tindakan tegas dalam menyelesaikan kasus ini. “Ada mahasiswa yang sedang terluka karena kasus pelecehan tapi si prilaku yaitu oknum dosen masih berkeliaran bebas. Karena itu kami mengangkat tema tersebut pada aksi kamisan kali ini,” tuturnya saat ditemui diselasar Rektorat UIN SGD Bandung, Kamis (29/11).
Lanjut Haikal, meski telah dilakukan beberapa pengusutan terhadap korban serta oknum dosen telah diketahui identitasnya, namun pihak kampus terkesan setengah-setengah dalam menyelesaikan kasus ini. Dirinya pun mengkhawatirkan dengan tidak adanya tindakan tidak tegas yang dilakukan oleh kampus dapat menuai beragam anggapan dari mahasiswa. “Jangan sampai ada anggapan sepele terhadap kasus ini, kita sudah lapor ke dosen yang lain atau ke kajur katanya mau diusut, namun faktanya hingga saat ini tidak adak tindakan tegas dari kampus,” tambahnya.
Dengan adanya aksi ini Haikal berharap pihak kampus dapat mengusut secara tuntas dan mampu mengambil tindakan tegas dalam menyelesaikan kasus pelecehan seksual. Selain itu, dirinya berharap pihak kampus bisa mengadakan sejenis terapi dan pendampingan bagi korban guna menghilangkan trauma dan gangguan psikis yang dialami korban.
Senada dengan Haikal, massa aksi lain yang berasal dari kaum perempuan, Diana beranggapan kasus serupa harus segera diselesaikan dengan adanya pengambilan sanksi tegas dari pihak kampus. Karena jika tidak adanya tindakan tegas dari pihak kampus maka memberikan celah untuk kasus pelecehan seksual akan semakin menjadi-jadi. “Kemarin orang lain yang menjadi korban, tapi besok atau nanti mungkin kita bisa yang menjadi korban,” ungkap Diana disela-sela orasinya.
Disamping menyuarakan keadilan bagi kasus pelecehan seksual yang dilakukan oleh oknum dosen di UIN SGD Bandung. Massa aksi pun turut menyeruakan keadilan untuk kasus serupa yang menimpa mahasiswi UGM serta Baiq Nurul salah satu pengajar di SMA 7 Mataram. Hal ini dimaksudkan agar pelecehan seksual di Indonesia khusunya di sektor mampu mendapatkan perhatian khusus dari semua kalangan.
Reporter : Dhea Amalia
Redaktur : Muhamad Emiriza