Kampusiana

Wacana Agama Tuk Ciptakan Kerukunan Beragama

Fasilitator dari UIN Sunan Kalijaga, Sekar Ayu Aryani memimpin sesi satu tentang kita dan agama untuk memperkanalkan keragaman dengan cara yang berbeda pada lokakarya wacana agama dan keberagaman, Selasa (10/10/2017) di Aula Fakultas Syariah dan Hukum. (Dadan M. Ridwan/ Suaka)

 

SUAKAONLINE.COM – Wacana agama dan keberagaman tak hentinya menjadi topik yang menarik untuk dibahas. Berbagai kalangan menggemborkan perdamaian dan toleransi, salah satunya adalah lokakarya pengayaan yang dilaksanakan di Aula Fakultas Syariah dan Hukum, Selasa, (10/10/2017). Setelah sebelumnya berhasil dilaksanakan di beberapa kota seperti Ambon, Manado, Medan, Pontianak dan Ruteng.

Acara ini diselenggarakan oleh Indonesian Consortium for Religious Studies (ICRS) bekerjasama dengan British Council, Kementerian Agama Republik Indonesia dan Jurusan Perbandingan Madzhab Fakultas Syariah dan Hukum UIN SGD  Bandung. Melibatkan seratus peserta dari berbagai kalangan seperti penyuluh agama, guru agama, perwakilan-perwakilan lembaga pemerintah, lembaga keagamaan, akademisi, wartawan, organisasi massa, lembaga swadaya masyarakat, perwakilan kaum muda dan lembaga masyarakat sipil lainnya.

Lokakarya ini bertujuan memperkuat dan memperkaya kesadaran, nilai-nilai keterbukaan, pengertian, toleransi dan interaksi diantara komunitas keagamaan. Selain itu, untuk meningkatkan kapasitas dan menciptakan ruang belajar bersama pemerintah, akademisi dan elemen-elemen masyarakat lokal.

Dosen Universitas Kristen Duta Wacana Yogyakarta, Handi Hadiwitanto, menjelaskan pentingnya diskusi semacam ini agar umat beragama bisa saling memahami dan menghargai. “Dunia yang berubah telah merubah pandangan kita tentang agama, untuk itu kita perlu berdialog seperti ini untuk bisa memecahkannya,” ujarnya.

Masalah agama menjadi masalah terbesar di dunia, di Indonesia konflik agama tergolong besar dengan persentase 41 – 50%. Agama menjadi dua perasaan yang berbeda, satu sisi menjadi konflik agama namun di sisi yang lain agama berperan sebagai sumber perdamaian.

Ketua Jurusan Perbandingan Madzhab dan Hukum, Ayi Yunus Rusyana menjelaskan jika diantara agama-agama terdapat kemajemukan diantaranya dalam hal keyakinan dan prakteknya di setiap agama. Kitab suci, budaya dan masyarakat, tiga aspek ini tidak mudah untuk dilaraskan.

Ayi menambahkan beberapa faktor penyebab agama mudah menyumbangkan kekerasan. Pertama, karena agama berada dalam suasana ketidaksetaraan, ketidakadilan dan korupsi. Kedua, penguasa menggunakan agama untuk keuntungan politik atau ekonomi. Ketiga, pengikut kurang berpendidikan dan sekedar ikut-ikutan. Keempat, pengikut meyakini bahwa mereka memiliki kewajiban melawan kejahatan dengan cara apapun. Kelima, ketegangan secara keagamaan juga meningkat ketika agama-agama saling menaruh percaya, sehingga agama mempunyai dua wajah yang berbeda.

Pegawai Kantor Urusan Agama (KUA) Bandung, Anton Darmawan mengatakan tidak ada konflik agama, yang ada adalah konflik dari penganut agamanya. “Konflik tidak akan terjadi jika penganutnya memahami agama tersebut dengan baik,” terangnya.

 

Reporter : Indah Rahmawati

Redaktur : Dadan M. Ridwan

Komentar Anda

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Ke Atas