SUAKAONLINE.COM –– Banyaknya mahasiswa yang ada di Fakultas Adab dan Humaniora (FAH) tidak berbanding lurus dengan banyaknya kelas yang disediakan. Seperti di jurusan Bahasa dan Sastra Inggris (BSI), jurusan yang menampung tujuh kelas ini membuat sebagian mahasiswa di jurusan lain terganggu karena kurangnya kelas.
Tatan misalnya, mahasiswa jurusan Bahasa dan Sastra Arab (BSA) mengaku tidak nyaman dengan fasilitas kelas yang minim. Sementara daya tampung mahasiswa yang banyak. “Harusnya pihak fakultas bersikap lebih bijak untuk mengurus hal ini, terjadinya rebutan kelas karena jadwalnya gonta ganti terus,” katanya.
Bagi tatan, perlu ada solusi dari krisis kelas ini. “Solusinya dari mahasiswanya sendiri harus ada aspirasi untuk menyampaikan ketidak nyamanan ini, lalu disampaikan ke dosen, dari dosen mungkin bisa disampaikan ke ketua jurusan, lalu sampai pada dekan. Mungkin seperti itu,” pungkas Tatan saat ditemui di gedung Z, Selasa (18/2).
Hal senada juga disampaikan Muhammad Sidiq, yang merasa tidak nyaman dengan kurangnya kelas di FAH. “Rebutan sih belum pernah, cuma waktu itu pernah ketika jadwal kuliah dipindah ngedadak. Kita bingung tidak ada kelas yang kosong. Sementara dosen tetap menyuruh untuk dicarikan kelas,” ujar mahasiswa Sejarah Peradaban Islam semester dua itu.
Ketua jurusan BSI, Dedi Sulaeman menanggapi masalah krisis kelas tersebut. Menurutnya, krisis kelas sudah sering disampaikan ke pihak fakultas, tetapi responnya masih kurang.
“Responnya sama ‘sedang mengupayakan’, seperti itulah tanggapannya. Namun pihak jurusan mencari alternatif lain untuk memecahkan masalah ini seperti mangatur jam kerja dosen yang lebih terstruktur,” kata Dedi, Selasa (18/2). Ia menambahkan bahwa jurusan hanya menerima keputusan dari fakultas.
Reporter : Ira Safitri/Magang
Redaktur : Adi Permana