SUAKAONLINE.COM – Sepekan terakhir, UIN SGD Bandung diramaikan dengan pemberitaan Rektor Deddy Ismatullah ihkwal pernyataan dukungannya kepada salah satu Partai Politik (Parpol) dan salah satu Calon Presiden 2014.
Rabu (26/3), Suryadharma Ali (SDA), meresmikan 11 Gedung baru yang ada di UIN SGD Bandung. Dalam peresmiannya, acara ini dihadiri oleh segenap civitas akademika termasuk Rektor UIN SGD Bandung. Saat itu dalam pembicaraanya Deddy mengeluarkan pernyataan yang menyatakan dukungan terhadap SDA dalam pencapresannya di Pemilu 2014.
Berselang satu hari, tepatnya pada hari Jumat (28/3), ratusan mahasiswa yang mengatasnamakan Himpunan Aksi Mahasiswa Sunan Gunung Djati (Hamas) turun aksi dan mengelar demonstrasi di lingkungan kampus UIN SGD Bandung. Ratusan mahasiswa tersebut kecewa terhadap rektor yang telah menjual nama lembaga kepada Partai Politik, menuntut rektor untuk turun dari jabatannya, menarik kembali statemenya dan meminta maaf di Media Massa. (Baca Juga: Hamas: 1×24 Jam Rektor Harus Minta Maaf)
Ketika melakukan demonstrasi, mereka (Hamas) sambil memberikan selembaran dengan bertemakan “JUM’AT MENGGUGAT save our UIN now”. Dalam orasi, salah satu pendemo berujar bahwa rektor telah menjual nama lembaga pendidikan kepada Partai Politik.
“Rektor adalah seorang profesor, sangat memahami terhadap hukum, tidak mungkin dia bisa salah ucap,” kata salah satu orator.
Dalam PP No 5/1999 yang telah diubah menjadi PP No 12/1999 menjelaskan bahwa lembaga Negara da PNS (Pegawai Negeri Sipil), haruslah bersifat independen dan barang siapa yang melanggar bisa diberhentikan secara tidak hormat.
Aksi yang berlangsung cukup lama ini, tak menemukan hasil. Pasalnya, mahasiswa tak bertemu dengan rektor dan hanya ditemui oleh Ali Ramdhani, Wakil Rektor III bidang Kemahasiswaan. Karena tidak menemukan hasil mahasiswa bubar dengan penuh kekecewaan.
Beberapa hari kemudian, tepatnya pada hari Selasa (1/4), Hamas UIN SGD Bandung kembali melakukan turun aksi kembali. Dalam aksi yang kedua ini, Hamas masih menuntut agar Rektor turun dan menarik kembali statement atas dukungan terhadap SDA.
Dalam hal ini salah satu kru Suaka mencoba menghubungi Roni Tabroni selaku Dosen Komunikasi Politik UIN SGD Bandung. Roni mengatakan, bahwa keberpihakan politik bagi siapapun tidak menjadi persoalan, namun dengan posisi sebagai rektor seharusnya Deddy paham posisi dan jangan melakukan dukungan-dukungan apalagi sampai mengeluarkan statement dan diketahui orang banyak.
“Deddy Ismatullah, seharusnya bisa membawa UIN Bandung untuk menjadi payung bagi semua kepentingan politik yang ada dan bisa menjadi wadah bagi semua, jangan sampai digiring ke salah satu kekuatan Parpol tertentu. Dengan demikian masyarakat akan tetap menghormati Perguruan Tinggi (terlebih berlabel agama) sebagai pusat ilmu dan rujukan bagi semua golongan masyarakat,” ujarnya, Selasa (1/4).
Roni menambahkan, Senat Universitas seharusnya juga tidak tinggal diam, hal ini bisa saja terjadi kembali jika tidak diperingati atau bahkan tidak diberi sanksi. “Jika sanksi akademis tidak mempan maka tidak menutup kemungkinan juga perlu adanya sanksi politis.”
Ketika ditanya solusi dari pernyataan rektor tersebut, Roni berpendapat, jika statement dukungan terhadap Parpol itu benar-benar ada, maka harus ada permintaan maaf secara terbuka kepada seluruh civitas akademika UIN SGD Bandung dan menarik kembali statementnya tersebut.
“Saat ini harus benar-benar diklarifikasi posisi dia yang sebelum jadi rektor masih tercatat distruktur Parpol, kalau saat ini masih tercantum maka harus melepaskan posisi tersebut, demi menetralitas dan menjaga marwah Perguruan Tinggi,” ujarnya.
Reporter : Wisma Putra/Suaka
Redaktur : Adi Permana