TABLOID NO. 2/ TAHUN XXV/ EDISI NOVEMBER 2011
EDITORIAL
Menanti Keselarasan yang Tertunda
Sampai hari ini, truk-truk besar yang membawa bahan-bahan bengunan itu masih malu lalang di area kampus. Di sisi kiri dan kanan jalan, para tukang sibuk menggali parit-parit untuk saluran air. Gedung-gedung tak mau ketinggalan. Beberapa mengalami pembongkaran ulang serta renovasi.
Meski keadaannya ‘aneh’ karena rupanya rencana sterilisasi hanya isapan jempol belaka –buktinya, civitas akademik masih dibiarkan melangsungkan kegiatan baik akademik maupun nonakademik di “Area Proyek Pembangunan” – namun tak mengapa. Daripada melulu menuntut ketegasan pemerintah, sebaiknya kita banyak bersyukur saja. Yang jelas, kampus akan bergerak ke arah perubahan dan pembangunan fisik yang lebih baik.
Tentunya, infrastruktur dan mewahnya bangunan yang dicita-citakan harus diimbangi dengan sistem yang baik pula. Mengutip pendapat Adang Hambali Dekan Fakultas Psikologi UIN Bandung, terlpeas dari cepat atau lambatnya pembangunan, kita sudah sepatutnya menyiapkan diri untuk disik yang dinanti.harus menyelaraskan diri supaya tidak kaget dengan kampus baru nantinya.
Kesetaraan memang harus diupyakan, agar nantinya tidak terkesan timpang. Salah satu upaya yang dilakukan beberapa fakultas adalah memulai sistem informasi dan komputerisasi modern. Tujuannya, agar budaya ‘serba ribet dan manual’ berganti dengan kemudahan. Mahasiswa nantinya tidak perlu repot datang ke fakultas untuk sekedar melihat nilai atau mengurus persyaratan akademik lainnya. Sistem online dengan pemanfaatan teknologi modern tengah diupayakan. Tapi lagi-lagi realisasinya harus tertunda dengan alasan menunggu rampungnya pembangunan kampus.
Lagi-lagi tak mengapa, kalau sistem komputerisasi ini harus tertunda. Kegiatan kampus yang terpisah-pisah di berbagai tempat memang cukup merepotkan dan seba tanggung. Namun ada satu hal penting yang mesti diupayakan sejak awal dalam upaya keselarasan ini, yaitu perbaikan kualitas internal, dari mulai mahasiswa sampai jajaran birokrasinya.
Megahnya kampus harus diimbangi denganSDM yang berkualitas pula. Agar nantinya tidak ada lagi unversitas tetangga atau instansi-instansi negeri maupun swasta yang meragukan kemampuan sarjana-sarjana UIN, sama juga dengan para mahasiswa UIN. Tidak kemudian kemampuan mempertanyakan soal kualitas dosennya, juga kualitas kampusnya.
Sayangnya, pencapaian kualitas yang baik di kampus ini tidak semudah menyeduh mie instan. Kualitas dibentuk dari kebiasaan dan proses yang baik. Situasi ini tidak bisa dipersiapkan secara dadakan. Realitanya, kita sudah terbiasa dengan sistem yang korup, baik di ranah birokrasi maupun dalam lingkup mahasiswa.
Tidak ada kata terlambat. Mulailah menyelaraskan diri dengan perbaikan pola pikir dan peningkatan kualitas terminal4d diri. Menjaga lingkungan kampus, dimulai dari menajga kebersihan kamar mandinya. Setelah itu, barulah kita menanti, kalau perlu melakukan penuntutan untuk menagih janji-janji birokrasi. Mungkin saja realisasnya semester depan nanti, tahun depan, dua tahun kemudian atau beberapa tahun lagi.