Tabloid No.1/TAHUN XXV/ EDISI OKTOBER 2011
Editorial
Berkorban Demi Pembangunan
Dilematis. Mungkin itulah kata yang tepat untuk mengungkapkan bagaimana perasaan kontraktor pembangunan kampus ini. Ya, keadaan mereka kini dilematis, karena dihadapkan pada dua tuntutan yang bertolak belakang satu sama lain. Semakin membingungkan, karena kadua tuntutan tersebut sama-sama muncul dari mahasiswa.
Tuntutan pertama muncul dari UKM Mahasiswa Pecinta Kelestarian Alam (Mahapeka). Mereka menolak jika hanya demi pembangunan, ratusan pohon di kampus ini akan ditebang. Sepintas, tuntutan ini tampak wajar. Bagaimana pun, pembangunan tidak harus selalu mengorbankan lingkungan.
Masalahnya, menurut kontraktor pembangunan, penebangan ini memang diperlukan. Diperlukan, agar sesuai dengan yang termuat dalam cetak biru pembangunan kampus ini. Selain itu, penebangan juga bertujuan untuk mempermudah pemasangan kabel dan pembuatan drainase.
Audiensi Mahapeka terkait hal ini tentu saja membuat kontraktor kebingungan. Bingung, karena jika harus dituruti, maka pembangunan ini terancam molor, bahkan macet.
Jika benar-benar terjadi, maka ini kontradiktif dengan tuntutan kedua, yakni akselerasi pembangunan kampus. Padahal, tuntutan ini muncul lebih dulu, sejak beberapa bulan lalu. Terakhir, tuntutan ini kembali disampaikan oleh Forum Demokratisasi Kampus (FDK) dan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) pada Dies Natalis lalu. Penyebab adanya tuntutan ini adalah ketidaknyamanan sebagian besar mahasiswa atas pemindahan sementara lokasi kampus. Mereka menganggap hal ini mengganggu proses pendidikan dan kegiatan organisasi.
Kedua tuntutan ini sama-sama penting. Namun, rasanya tidak mungkin jika harus memenuhi keduanya sekaligus. Mengorbankan salah satunya pun bukan pilihan bijak. Karena itu, harus dicari win-win solution antara keduanya.
Pertemukan kedua pihak yang memiliki tuntan dengan pihak pemilik kebijakan. Rembukkan masalah ini dan cari solusinya.
Mungkin nantinya semua pihak harus sedikit berkorban. Misalnya, penebangan xx1toto tetap terjadi, namun hanya beberapa pohon saja. Pohon yang memang sudah tua dan tidak produktif. Dengan demikian, pihak Mahapeka harus merelakan beberapa pohon ditebang dan pihak lain yang ingin pembangunan cepat selesai, harus rela pembangunan ini sedikit terlambat.
Tapi itu jauh lebih baik ketimbang hanya salah satu pihak yang merasa dikorbankan. Jauh lebih baik ketimbang terjadi perpecahan di kalangan civitas akademik kampus ini sendiri. Jadi, janganlah egois. Jangan hanya mendahulukan keinginan pribadi.